Unknown
Beberapa minggu lalu, aku menutup akun fesbukku yang selama ini menjadi saksi menjadi tempatku mencurahkan semuanya. Entah itu senang atau sedih. Aku ingin berhenti. Berhenti memandangi dinding fesbukku yang membisu. Lagi pula tak ada gunanya lagi aku masih mengaktifkannya. Tadinya aku berfikiran untuk memberitahukan perasaanku berupa tulisan kepadamu lewat pesan fesbuk. Tapi terlambat. Semua terlambat. Kamu lebih dahulu memblokirku dari pertemananmu. Padahal aku ingin sekali kamu tahu kalau aku masih sangat mencintaimu , walaupun untuk terakhir kali. Dan aku pikir akan lebih baik jika aku menutup akunku. Aku tak ingin lagi hidup dalam dunia maya. Terutama fesbuk. Cukup sakit mengetahui ini semua.
Sekarang tak ada lagi harapan untuk dapat kembali. Harapan itu musnah. Mungkin untukmu, rasa itu telah mati. Aku tau, aku sangat dapat memahami semua itu. Aku. Akulah yang membuat semuanya seperti ini. Aku bodoh. Jika saja aku tak mengulanginya kesalahan yang membuatmu sangat marah , jenuh hingga mati rasa padaku. Semua ini tak akan terjadi. Mungkin saja aku masih dapat merasakan pelukanmu. Kasih sayangmu. Perhatianmu. Semua yang pernah kamu beri untukku. Kini, hanya penyesalan yang mengiringi setiap langkahku. Penyesalan.
Unknown
Kau bak perahu.
Berlayar kemanapun semaumu, mencari tambatan hati di setiap perjalananmu.
Tapi hal yang tak ku sukai, kau pergi begitu saja setelah kau rasa kau puas menghabiskan waktu di pelabuhanmu.
Aku, pernah kau beri kepercayaan, yang kau tak akan sembarangan memberikannya kepada orang lain.
Aku sempat tertambat olehmu, sempat menjadi tempat kau berlabuh, melepas penat atas kepahitan perjalananmu sebelumnya.
Ya, siapa yang tak senang bisa dipercaya oleh orang sepertimu, yang sudah lama mengendap di hatiku, tapi kau tak menyadarinya.
Thanks God. finally I'm getting closer.
Sepanjang itu, sepanjang kau menghabiskan waktu bercakap denganku, ada rasa yang berbeda.
Kau utarakan segalanya, segala pahitmu selama perjalanan.
Kau lampiaskan pula perasaanmu yang aku tahu selama ini mengganjal.
Kau los kan semuanya. Hanya padaku. Aku mendengar, aku membantu, dan kau berterima kasih, dengan racikan pujangga yang sempat membuatku terlambung.
Unknown
Setelah wanita itu memblokir akun facebook ku dari pertemanannya, akhirnya dia juga yang kembali ingin mengawali pertemanan lagi denganku. Awalnya mungkin masih ada sedikit rasa itu, tapi setelah aku pikirkan kembali mungkin tak seharusnya aku menunjukkan sikap yang tak enak padanya. Yah, memang harus seperti itu aku harus menunjukkan sikap dewasaku. Aku harus menunjukkan kalau sekarang aku berbeda bukan lagi wanita yang labil seperti dulu. Bukan lagi wanita yang menyikapi segala sesuatu seperti anak kecil. Aku lebih bisa memahami ini.